
RADIKALISME VS DEMOKRASI DALAM ORASI KPU BANTUL
Jum’at (11/2) KPU Kabupaten Bantul mengadakan webinar obrolan demokrasi (ORASI) yang mengambil topik tentang Radikalisme VS Demokrasi. Acara yang dihadiri oleh dinas/instansi terkait dan Ketua beserta pengurus OSIS SMA/SMK/MA ini mengundang narasumber dari Universitas Ahmad Dahlan, Dr Arif Rahman, M.Pd.Idan Kementrian Agama Kabupaten Bantul, Ahmad Mushyadad, S.Pd.I.,M.S.I. dan dilaksanakan secara daring melalui zoom meeting serta bisa disaksikan secara live melalui youtube KPU Bantul.
Dalam sambutannya, Ketua KPU Bantul, Didik Joko Nugroho menyampaikan bahwa webinar ini adalah yang kedua sejak pelantikan ketua OSIS SMA/SMK/MA. Setelah pembekalan tentang kepemimpinan, pembekalan tentang pemahaman yang baik tentang demokrasi dan tantangannya juga diperlukan. Karena 5- 10 tahun yang akan datang, pemilih pemula ini akan menjadi pemimpin yang akan datang. Oleh karena itu “ Membekali pemahaman yang baik tentang demokrasi sejak dini untuk menjadi pemilih yang cerdas demi Bantul yang lebih baik” jelasnya. Hal ini tak lepas karena demokrasi adalah bagian dari keseharian kita. Baik itu pemilihan Lurah, pemilihan Bupati dan wakil bupati maupun pemilu legislatif.
Ahmad Musyadad menyampaikan bahwa pengertian radikalisme adalah paham/aliran/sikap ekstrim yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial/politik secara kekerasan sedangkan demokrasi adalah system dimana warga negara mempunyai hak yang sama. Untuk menangkal radikalisme banyak disusupkan dalam kegiatan anak muda maupun pada game-game yang ada di , kementrian agama mempunyai program moderasi beragama yang bertujuan memberikan pencerahan cara pandang dan sikap beragama.
Narasumber kedua, Arif Rahman menyampaikan bahwa berdasarkan survey BNPT, 85% kaum milenial rentan terpapar radikalisme. Media social lah yang menjadi bibit persemaian atau incubator radikalisme. Ancaman radikalisme terhadap demokrasi menjadi nyata manakala sikap eksklusifisme dan close minded tidak bisa menerima demokrasi sebagai nilai bagian daari car berfikir, bertindak dalam menyikapi sesuatu yang beragam. Solusinya adalah dengan adanya moderasi pengajaran agama, menghadirkan literasi digital keagamaan yang terukur, kritis dan terpercaya, konektifitas yang baik antara sekolah, guru, orangtua dan masyarakat, mempromosikan nilai-nilai yang anti radikalisme serta memberi kesempatan anak muda ambil bagian dalam menyuarakan kerukunan dan toleransi antar umat beragama dan suku
Dalam kalimat penutupnya, Ketua Divisi SDM dan Parmas, Musnif Istiqomah selaku moderator berharap setelah medapat pembekalan pada hari ini, peserta bisa mengetahui bahaya dan bisa memfilter paham radikalisme di lingkungan sekolah.