Berita KPU BANTUL

DIALOG POLITIK, MEMBANGUN DEMOKRASI DARI DESA

Dialog Politik mengangkat tema Membangun Demokrasi dari Desa bertempat di Dusun Ngrame,  Tamantirto, Kasihan. Dialog ini sebagai upaya edukasi kepada masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan membangun kesadaran masyarakat tentang partisipasi dalam kegiatan politik dan demokrasi. Acara ini diselenggarakan oleh Badan Kesbangpol Kabupaten Bantul pada Hari Sabtu, 18 September 2021 pukul 15.00 Wib-Selesai

Hadir sebagai narasumber Bpk Bambang Eka Cahya Dosen Fisipol UMY, Bpk Jumakir Komisi A DPRD Kabupaten Bantul dan Musnif Istiqomah Komisioner KPU Kabupaten Bantul.

Demokrasi menempatkan rakyat sebagai pemegang mandat tertinggi kekuasaan. Karena dialah yang berwenang menunjuk perwakilan Legislatif dan Eksekutif secara kolektif bersama-sama. Tanpa persetujuan rakyat, perwakilan Legislatif dan Eksekutif tidak akan berada di “kursinya” saat ini dan mengatur pemerintahan. Jumakir menuturkan, dalam budaya demokrasi kita masih menghadapi tantangan cost politik yang tinggi, sehingga para wakil rakyat, masih tersandera dengan biaya politik yang mahal.

Musnif menyambung dalam Negara demokrasi, pemilu dan pemilihan menjadi mekanisme terpenting bagi keberlangsungan demokrasi perwakilan. Pemilu adalah mekanisme formal agar rakyat dapat memilih pemimpin dengan sah. Untuk itu partisipasi publik dalam penyelenggaraan pemilu dan pemilihan menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan. Dalam penyelenggaraan Pemilu 2019 dan Pemilihan 2020, Kabupaten Bantul tercatat sebagai daerah partisipasi pemilih tertinggi untuk wilayah seDIY, dengan tingkat partisipasi pemilih perempuan unggul di 75 Kalurahan dan 17 Kapanewon seKabupaten Bantul. Namun partisipasi pemilih perempuan yang tinggi belum menjamin peluang yang sama untuk para perempuan mampu berkontestasi meraih dukungan menduduki kursi parlemen DPRD Kabupaten Bantul. Dari 205 Caleg Perempuan tercatat hanya 4 perempuan yang lolos menjadi anggota DPRD Kab.Bantul. Bukan tanpa sebab, minimnya keterwakilan perempuan yang lolos ke parlemen, disinyalir karena cost politik yang mahal sehingga kalah bersaing dengan para pemilik modal.

Pada sesi akhir dialog, Bambang Eka menyampaikan, bahwa budaya demokrasi yang terbaik adalah budaya partisipan. Berpartisipasi menjadi pemilih yang dengan suka rela menggunkan hak pilih ke TPS tanpa embel2 tertentu, dan partisipan menjadi penyelenggara sebagai wujud warga negara yang punya kewajiban untuk menjaga keberlangsungan demokrasi. Demokrasi pada level budaya partisipan menjadi alternatif solusi menjawab tingginya cost politik.

#Demokrasi

#Partisipasi

#KPUMelayani

Bagikan:

facebook twitter whatapps

Telah dilihat 286 kali